Senin, 06 Agustus 2012

BUDIDAYA UDANG AIR TAWAR


Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu tinggi merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu 21%, dan rendah kolesterol, karena kandungan lemaknya hanya 0,2%. Kandungan vitaminnya dalam 100 gram bahan adalah vitamin A 60 SI/100; dan vitamin B1 0,01 mg. Sedangkan kandungan mineral yang penting adalah zat kapur dan fosfor, masing-masing 136 mg dan 170 mg per 100 gram bahan.Udang dapat diolah dengan beberapa cara, seperti beku, kering, kaleng, terasi, krupuk, dl.Limbah pengolahan udang yang berupa jengger (daging di pangkal kepala) dapat dimanfaatkan untuk membuat pasta udang dan hidrolisat protein.Limbah yang berupa kepala dan kaki udang dapat dibuat tepung udang, sebagai sumber kolesterol bagi pakan udang budidaya.
Limbah yang berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara maju sudah dapat dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi, tekstil, kertas, pangan, dll.
Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam industri kain, karena tahan api dan dapat menambah kekuatan zat pewarna dengan sifatnya yang tidak mudah larut dalam air.nggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas.
 Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun.
Sampai saat ini udang merupakan komoditi budidaya yang mempunyai prospek cukup baik, baik untuk komsumsi dalam negeri maupun komsumsi luar negeri. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan ekspor untuk udang.
Budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) umumnya dilakukan di kolam-kolam yang  sama dengan kolam pemeliharaan ikan tawar. Ukuran kolamnya bisa saja bervariasi antara 400 m2 (atau kurang) hingga mencapai ukuran 5.000 m2. Ukuran kolam biasanya disesuaikan dengan ketersediaan lahan dan sistem budidaya yang akan diterapkan. 
Kolam yang berukuran kecil (kurang dari 1.000 m2) biasanya terletak berdekatan dengan rumah pemilik kolam, sehingga memudahkan pemantauan dan pengelolaannya.  Sedangkan kolam yang lebih luas biasanya berada pada areal persawahan atau perkolaman, agak jauh dari rumah penduduk.
Pada tahap persiapan kolam sedikit berbeda dibandingkan persiapan kolam untuk ikan.  Hal ini karena udang galah cenderung untuk hidup di dasar kolam, sedangkan ikan hidup pada kolom air.  Oleh karena itu persiapan lahan/tanah dilakukan lebih “matang” dan lebih hati-hati dibandingkan kolam ikan.
Sebelum proses budidaya dimulai, dasar kolam harus dijemur hingga kering agar sisa bahan organik yang terdapat pada dasar kolam dapat terurai dengan baik.  Agar kolam bisa kering maka dibuat saluran-saluran air kecil pada dasar kolam untuk mengalirkan air yang tergenang ke arah pintu atau pipa pembuangan.
Pada musim hujan, jika kolam sulit untuk dikeringkan maka sebaiknya digunakan kapur tohor (CaO) untuk membunuh kuman, bibit penyakit, dan parasit yang terdapat di dasar kolam.  Penggunaan kapur ini harus hati-hati karena sifatnya yang panas di kulit manusia.  Jika kolam bisa dikeringkan dengan baik, maka pengapuran tanah dasar dapat dilakukan dengan kapur pertanian dengan dosis  1,0 – 1,5 ton/ha.
Tahap selanjutnya adalah pemberantasan hama dengan menggunakan saponin.
 Kolam diisi air setinggi 20 - 40 cm, dibiarkan selama 24 - 36 jam agar telur ikan yang mungkin ada di dasar kolam menetas.  Selanjutnya saponin ditebarkan merata ke dalam kolam dengan dosis 200 – 300 kg/ha.  Kemudian air kolam didiamkan lagi selama sekitar 24 jam, lalu dibuang hingga kolam kering lagi.
Jika kolam telah siap, air dapat dimasukkan hingga setinggi minimum 80 cm, lalu pupuk dapat mulai diberikan untuk menumbuhkan plankton.  Untuk mencegah tumbuhnya lumut maka sebaiknya pupuk dasar kolam tidak diberikan.  Air kolam dibiarkan selama 3 - 5 hari hingga plankton mulai tumbuh ditandai dengan air berwarna hijau.  Setelah itu kolam siap ditebari bibit udang galah.

Bibit Udang ( benur).

Benur yang baik mempunyai tingkat kehidupan (Survival Rate/SR) yang tinggi, daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Uji kualitas benur dapat dilakukan secara sederhana, yaitu letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang diberi air, aduk air dengan cukup kencang selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat akan tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran air, dan setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.Jumlah bibit udang galah yang ditebar bergantung teknologi yang akan diterapkan, pada umumnya sekitar 4 - 20 ekor/m2.
 Benih sebaiknya berasal dari pusat pembenihan dan bukan dari alam. Hal ini karena benih dari alam ukurannya tidak seragam sehingga kelak perlu dilakukan sortir untuk memisahkan udang yang besar dari udang yang lebih kecil.  Sebagai pemula sebaiknya bapak melakukan dari kepadatan yang rendah dulu, yaitu 4 ekor/m2.

Pemberian Pakan.
 Selama masa pemeliharaan udang harus diberi pakan buatan yang bergizi tinggi.  Saat ini sudah ada pakan buatan (pelet) khusus udang galah, atau bisa juga menggunakan pakan udang vannamei (tetapi harganya biasanya lebih mahal).  Pakan diberikan 3 – 5 kali sehari dari pagi hingga sore hari.
Untuk menjaga agar mutu air tetap baik maka penggantian air perlu dilakukan secara rutin.  Penggantian air dapat mulai dilakukan setelah 2 minggu masa pemeliharaan.  Jumlah penggantian air berkisar 5 – 10 % dari volume air, atau 5 - 10 cm dari ketinggian air.  Tetapi penggantian bisa juga diubah sesuai dengan kebutuhan (disesuaikan dengan kondisi kualitas air pada hari itu).

Panen Udang.
Udang galah dapat dipanen setelah 4 bulan, 6 bulan, atau bahkan lebih, sesuai dengan ukuran udang yang dibutuhkan oleh konsumem.  Biasanya udang galah dapat mulai dijual setelah mencapai ukuran  20 - 25 gram/ekor, tetapi semakin besar ukuran udang harganya juga semakin mahal. 
 Beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasca panen:
1)
Alat-alat yang digunakan harus bersih.
2)
Penanganan harus cepat, cermat, dan hati-hati.
3)
Hindarkan terkena sinar matahari langsung.               
4)
Cucilah udang dari kotoran dan lumpur dengan air bersih.
5)
Masukkan ke dalam keranjang, ember, atau tong, dan siram dengan air
bersih.
6)
Selalu menggunakan es batu untuk mendinginkan dan mengawetkan udang.
7)
Selain didinginkan, dapat juga direndam dalam larutan NaCl 100 ppm untuk mengawetkan udang pada temperatur kamar dan untuk membunuh bakteri pembusuk (Salmonella, Vibrio, Staphylococcus).
8)
Kelompokan menurut jenis dan ukurannya.



1 komentar:

  1. Dimana ya ada udang vanamee tapi di air tawar bisa gak boss ???

    BalasHapus