Udang merupakan salah satu
bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu tinggi merupakan bahan
makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu 21%, dan rendah kolesterol,
karena kandungan lemaknya hanya 0,2%. Kandungan vitaminnya dalam 100 gram bahan
adalah vitamin A 60 SI/100; dan vitamin B1 0,01 mg. Sedangkan kandungan mineral
yang penting adalah zat kapur dan fosfor, masing-masing 136 mg dan 170 mg per
100 gram bahan.Udang dapat diolah dengan beberapa cara, seperti beku, kering,
kaleng, terasi, krupuk, dl.Limbah pengolahan udang yang berupa jengger
(daging di pangkal kepala) dapat dimanfaatkan untuk membuat pasta udang dan
hidrolisat protein.Limbah yang berupa kepala dan kaki udang dapat dibuat
tepung udang, sebagai sumber kolesterol bagi pakan udang budidaya.
Limbah yang berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara maju sudah dapat dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi, tekstil, kertas, pangan, dll.
Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam industri kain, karena tahan api dan dapat menambah kekuatan zat pewarna dengan sifatnya yang tidak mudah larut dalam air.nggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas.
Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun.
Limbah yang berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara maju sudah dapat dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi, tekstil, kertas, pangan, dll.
Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam industri kain, karena tahan api dan dapat menambah kekuatan zat pewarna dengan sifatnya yang tidak mudah larut dalam air.nggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas.
Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun.
Sampai saat ini udang
merupakan komoditi budidaya yang mempunyai prospek cukup baik, baik untuk
komsumsi dalam negeri maupun komsumsi luar negeri. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya permintaan ekspor untuk udang.
Budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) umumnya dilakukan di
kolam-kolam yang sama dengan kolam pemeliharaan ikan tawar. Ukuran
kolamnya bisa saja bervariasi antara 400 m2 (atau kurang) hingga mencapai
ukuran 5.000 m2. Ukuran kolam biasanya disesuaikan dengan ketersediaan lahan
dan sistem budidaya yang akan diterapkan.
Kolam yang berukuran kecil (kurang dari 1.000 m2) biasanya terletak
berdekatan dengan rumah pemilik kolam, sehingga memudahkan pemantauan dan
pengelolaannya. Sedangkan kolam yang lebih luas biasanya berada pada
areal persawahan atau perkolaman, agak jauh dari rumah penduduk.
Pada tahap persiapan kolam sedikit berbeda dibandingkan persiapan kolam untuk ikan. Hal ini karena udang galah cenderung untuk hidup di dasar kolam, sedangkan ikan hidup pada kolom air. Oleh karena itu persiapan lahan/tanah dilakukan lebih “matang” dan lebih hati-hati dibandingkan kolam ikan.
Sebelum proses budidaya dimulai, dasar kolam harus dijemur hingga kering agar sisa bahan organik yang terdapat pada dasar kolam dapat terurai dengan baik. Agar kolam bisa kering maka dibuat saluran-saluran air kecil pada dasar kolam untuk mengalirkan air yang tergenang ke arah pintu atau pipa pembuangan.
Pada tahap persiapan kolam sedikit berbeda dibandingkan persiapan kolam untuk ikan. Hal ini karena udang galah cenderung untuk hidup di dasar kolam, sedangkan ikan hidup pada kolom air. Oleh karena itu persiapan lahan/tanah dilakukan lebih “matang” dan lebih hati-hati dibandingkan kolam ikan.
Sebelum proses budidaya dimulai, dasar kolam harus dijemur hingga kering agar sisa bahan organik yang terdapat pada dasar kolam dapat terurai dengan baik. Agar kolam bisa kering maka dibuat saluran-saluran air kecil pada dasar kolam untuk mengalirkan air yang tergenang ke arah pintu atau pipa pembuangan.
Pada musim hujan, jika kolam sulit untuk dikeringkan maka sebaiknya
digunakan kapur tohor (CaO) untuk membunuh kuman, bibit penyakit, dan parasit
yang terdapat di dasar kolam. Penggunaan kapur ini harus hati-hati karena
sifatnya yang panas di kulit manusia. Jika kolam bisa dikeringkan dengan
baik, maka pengapuran tanah dasar dapat dilakukan dengan kapur pertanian dengan
dosis 1,0 – 1,5 ton/ha.
Tahap selanjutnya adalah pemberantasan hama dengan menggunakan
saponin.
Kolam diisi air setinggi 20 - 40 cm, dibiarkan selama 24 - 36 jam agar telur ikan yang mungkin ada di dasar kolam menetas. Selanjutnya saponin ditebarkan merata ke dalam kolam dengan dosis 200 – 300 kg/ha. Kemudian air kolam didiamkan lagi selama sekitar 24 jam, lalu dibuang hingga kolam kering lagi.
Kolam diisi air setinggi 20 - 40 cm, dibiarkan selama 24 - 36 jam agar telur ikan yang mungkin ada di dasar kolam menetas. Selanjutnya saponin ditebarkan merata ke dalam kolam dengan dosis 200 – 300 kg/ha. Kemudian air kolam didiamkan lagi selama sekitar 24 jam, lalu dibuang hingga kolam kering lagi.
Jika kolam telah siap, air dapat dimasukkan hingga setinggi minimum 80 cm,
lalu pupuk dapat mulai diberikan untuk menumbuhkan plankton. Untuk
mencegah tumbuhnya lumut maka sebaiknya pupuk dasar kolam tidak
diberikan. Air kolam dibiarkan selama 3 - 5 hari hingga plankton mulai
tumbuh ditandai dengan air berwarna hijau. Setelah itu kolam siap
ditebari bibit udang galah.
Bibit Udang ( benur).
Bibit Udang ( benur).
Benur yang baik mempunyai tingkat kehidupan (Survival Rate/SR) yang tinggi,
daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggi, berwarna tegas/tidak
pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh
yang lengkap. Uji kualitas benur dapat dilakukan secara sederhana, yaitu
letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang diberi air, aduk air
dengan cukup kencang selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat akan tahan
terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran air, dan setelah
arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.Jumlah bibit udang galah yang ditebar
bergantung teknologi yang akan diterapkan, pada umumnya sekitar 4 - 20
ekor/m2.
Benih sebaiknya berasal dari pusat pembenihan dan bukan dari alam. Hal ini karena benih dari alam ukurannya tidak seragam sehingga kelak perlu dilakukan sortir untuk memisahkan udang yang besar dari udang yang lebih kecil. Sebagai pemula sebaiknya bapak melakukan dari kepadatan yang rendah dulu, yaitu 4 ekor/m2.
Pemberian Pakan.
Selama masa pemeliharaan udang harus diberi pakan buatan yang bergizi tinggi. Saat ini sudah ada pakan buatan (pelet) khusus udang galah, atau bisa juga menggunakan pakan udang vannamei (tetapi harganya biasanya lebih mahal). Pakan diberikan 3 – 5 kali sehari dari pagi hingga sore hari.
Benih sebaiknya berasal dari pusat pembenihan dan bukan dari alam. Hal ini karena benih dari alam ukurannya tidak seragam sehingga kelak perlu dilakukan sortir untuk memisahkan udang yang besar dari udang yang lebih kecil. Sebagai pemula sebaiknya bapak melakukan dari kepadatan yang rendah dulu, yaitu 4 ekor/m2.
Pemberian Pakan.
Selama masa pemeliharaan udang harus diberi pakan buatan yang bergizi tinggi. Saat ini sudah ada pakan buatan (pelet) khusus udang galah, atau bisa juga menggunakan pakan udang vannamei (tetapi harganya biasanya lebih mahal). Pakan diberikan 3 – 5 kali sehari dari pagi hingga sore hari.
Untuk menjaga agar mutu air tetap baik maka penggantian air perlu dilakukan
secara rutin. Penggantian air dapat mulai dilakukan setelah 2 minggu masa
pemeliharaan. Jumlah penggantian air berkisar 5 – 10 % dari volume air,
atau 5 - 10 cm dari ketinggian air. Tetapi penggantian bisa juga diubah
sesuai dengan kebutuhan (disesuaikan dengan kondisi kualitas air pada hari
itu).
Panen Udang.
Panen Udang.
Udang galah
dapat dipanen setelah 4 bulan, 6 bulan, atau bahkan lebih, sesuai dengan ukuran
udang yang dibutuhkan oleh konsumem. Biasanya udang galah dapat mulai
dijual setelah mencapai ukuran 20 - 25 gram/ekor, tetapi semakin besar
ukuran udang harganya juga semakin mahal.
Beberapa hal yang penting yang
perlu diperhatikan dalam penanganan pasca panen:
1)
|
Alat-alat yang digunakan harus bersih.
|
2)
|
Penanganan harus cepat, cermat, dan hati-hati.
|
3)
|
Hindarkan terkena sinar
matahari langsung.
|
4)
|
Cucilah udang dari kotoran dan lumpur dengan air
bersih.
|
5)
|
Masukkan ke dalam keranjang, ember, atau tong,
dan siram dengan air
bersih. |
6)
|
Selalu menggunakan es batu untuk mendinginkan dan
mengawetkan udang.
|
7)
|
Selain didinginkan, dapat juga direndam dalam
larutan NaCl 100 ppm untuk mengawetkan udang pada temperatur kamar dan untuk
membunuh bakteri pembusuk (Salmonella, Vibrio, Staphylococcus).
|
8)
|
Kelompokan menurut jenis dan ukurannya.
|
Dimana ya ada udang vanamee tapi di air tawar bisa gak boss ???
BalasHapus