Budidaya Ikan Gabus
Ikan gabus merupakan ikan air tawar liar dan predator benih yang rakus dan sangat ditakuti pembudidayaannya. Ikan ini merupakan ikan buas (carnivore yang bersifat predator). Di alam, ikan gabus tidak hanya memangsa benih ikan tetapi juga ikan dewasa dan serangga air lainnya termasuk kodok. Bahkan di Kalimantan pernah dilaporkan gabus memangsa anak bebek. Ini masuk akal karena di sungai dan di rawa-rawa Kalimantan terdapat jenis gabus berukuran besar (gabus toman/aruan dan sejenisnya).
Ikan gabus merupakan ikan air tawar liar dan predator benih yang rakus dan sangat ditakuti pembudidayaannya. Ikan ini merupakan ikan buas (carnivore yang bersifat predator). Di alam, ikan gabus tidak hanya memangsa benih ikan tetapi juga ikan dewasa dan serangga air lainnya termasuk kodok. Bahkan di Kalimantan pernah dilaporkan gabus memangsa anak bebek. Ini masuk akal karena di sungai dan di rawa-rawa Kalimantan terdapat jenis gabus berukuran besar (gabus toman/aruan dan sejenisnya).
Ikan gabus dikenal dengan banyak nama. Ada yang menyebutnya sebagai aruan,
haruan (Melayu dan Banjar), kocolan (Betawi); bayong, bogo, licingan, kutuk
(Jawa); dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris, belut juga disebut dengan berbagai
nama, seperti common snakehead, snake-head murrel, chevron snakehead, striped
snakehead juga aruan. Name ilmiahnya adalah Channa striata dan ada yang menyebutnya Ophiocephalus
striatus.
Ada beberapa jenis gabus.
Channa striata merupakan jenis ikan gabus yang banyak ditemui dan memiliki
ukuran tubuh relatif kecil. Jenis lain adalah gabus toman Channa micropeltes
dan Channa pleuropthalmus. Gabus toman merupakan jenis gabus yang berukuran
tubuh besar, mencapai panjang 1 meter dengan berat 5 kg.
Ikan gabus memiliki kepala berukuran besar dan agak gepeng mirip kepala ular (sehingga dinamai snakehead). Terdapat sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh berbentuk bulat gilig memanjang, seperti peluru kendali atau torpedo. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecokelatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata).Warna ini sering kali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam.
Ikan gabus memiliki kepala berukuran besar dan agak gepeng mirip kepala ular (sehingga dinamai snakehead). Terdapat sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh berbentuk bulat gilig memanjang, seperti peluru kendali atau torpedo. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecokelatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata).Warna ini sering kali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam.
Ikan gabus biasa ditemukan
di perairan umum sebagai ikan liar. Banyak ditangkap di danau, rawa, sungai,
dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Di Indonesia, ikan gabus awalnya
hanya terdapat di barat garis Wallacea (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan). Namun
dalam perjalanan waktu, ikan gabus diintroduksi (dimasukkan) ke wilayah
Indonesia Timur.
Pada beberapa daerah yang
dilalui aliran sungai besar seperti di Sumatera dan Kalimantan, ikan gabus
seringkali terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau memasuki
kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-ikan
peliharaan. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya
pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur
hingga tempat itu kembali berair. Oleh sebab itu ikan ini acap kali ditemui
"berjalan" di daratan—khususnya di malam hari di musim
kemarau—mencari tempat lain yang masih berair. Ikan gabus bisa bertahan hidup
tanpa air karena bisa bernapas menyerap oksigen bebas menggunakan alat bantu
pernapasan berupa "labirin".
Pengendalian
Biasanya ikan ini menyambar
mangsa di permukaan sehingga jika masuk ke kolam ikan yang lain kehadirannya
dapat segera diketahui. lkan gabus yang akan menyambar mangsa biasanya berdiam
diri di sekitar tanaman air (sehingga tidak terlihat oleh mangsanya) dan secara
tiba-tiba meluncur cepat ke arah mangsanya dan langsung menelannya. Mulutnya
yang besar memungkinkan untuk itu.
Pada musim kawin, ikan
gabus jantan dan betina bekerjasama menyiapkan sarang di antara tumbuhan di
tepi air. Anak-anak ikan berwarna jingga merah bergaris hitam, berenang dalam
kelompok yang bergerak bersama-sama kian kemari untuk mencari makanan. Kelompok
muda ini dijaga oleh induknya. Ini merupakan saat yang paling baik untuk
menangkap/mengusir gabus dari kolam.
Untuk mencegah masuknya
gabus ke kolam, pada saat pengolahan, dasar kolam harus benar-benar kering
sampai retak-retak sehingga tidak memungkinkan gabus bertahan hidup. Biarkan
dasar kolam dijemur sinar matahari selama beberapa hari. Pada bagian saluran pemasukan,
dipasang saringan dari ijuk yang sangat rapat sehingga benih dan telur gabus
tidak ikut masuk ke kolam bersama aliran air.
Jika di dalam kolam sudah terdapat ikan gabus, harus segera ditangkap.
Biasanya populasinya tidak begitu banyak. Gabus dapat dipancing dengan
mengggunakan umpan berupa ikan kecil, anak kodok atau eating. Cara
pemancingannya cukup unik, yaitu dengan menggerak-gerakkan umpan di permukaan
air. Umpan yang bergerak biasanya disambar gabus karena disangka mangsanya.
Gabus yang tertangkap dapat dikonsumsi karena memang rasanya enak dan menjadi
makanan favorit di beberapa daerah baik dalam bentuk segar maupun kering/asin.
Ikan inipun mudah sekali didapat, bisa dibeli di pasar, bahkan di
warung-warung sekitar tempat tinggal. Namun apakah mereka tahu asal-usul ikan
tersebut. Tentu saja tidak semua orang tahu, termasuk cara
budidayanya.
Soal asal usul. Ternyata ikan gabus adalah ikan asli Indonesia. Hidup di
perairan sekitar kita, di rawa, di waduk dan di sungai-sungai yang airnya
tenang. Namun ikan gabus yang bisa dibeli di pasar-pasar dan warung-warung,
kemungkinan besar dari Kalimantan. Karena pulau itulah yang kini menjadi
pemasok terbesar untuk pasar-pasar seluruh Indonesia. Namun sayang, populasi
ikan gabus di alam sudah mulai berkurang, sehingga budiadaya ikan ini perlu
dikembangkan.
Lalu soal cara budidaya ikan gabus. Ternyata ikan inipun tidak
susah. Tidak perlu dengan pemijahan buatan, cukup dengan pemijahan alami. Tentu
saja hal ini disebabkan karena ikan gabus sudah akrab dengan perairan kita.
Salah satu instansi perikanan yang sudah berhasil adalah Balai Budidaya
Air Tawar Mandiangin, Kalimantan Selatan. Artikel inipun diambil dari salah
satu leafletnya.
Namun sebelum mengupas tentang cara budidayanya, alangkah lebih baiknya
kita tahu dulu tentang biologinya, terutama habitat, kebiasaan hidup, kebiasaan
makan dan sistematikanya. Di Kalimantan, ikan gabus banyak ditemukan di
rawa-rawa daerah pedalaman, hidup di dasar perairan yang dangkal, bersifat
carnivor atau pemakan daging, terutama ikan-ikan kecil yang mendekatinya. Ikan
gabus bersifat musiman, memijah pada musim hujan dari Bulan Oktober hingga
Desember.
BEDA JANTAN DAN BETINA IKAN GABUS
Jantan dan betina ikan gabus bisa dibedakan dengan mudah. Caranya dengan
melihat tanda-tanda pada tubuh. Jantan ditandai dengan kepala lonjong, warna tubuh
lebih gelap, lubang kelamin memerah dan apabila diurut keluar cairan putih
bening. Betina ditandai dengan kepala membulat, warna tubuh lebih terang, perut
membesar dan lembek, bila diurut keluar telur. Induk jantan dan harus sudah
mencapai 1 kg.
PEMIJAHAN IKAN GABUS
Pemijahan dilakukan dalam bak beton atau fibreglass. Caranya, siapkan
sebuah bak beton ukuran panjang 5 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m; keringkan selama
3 – 4 hari; masukan air setinggi 50 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan;
sebagai perangsang pemijahan, masukan eceng gondok hingga menutupi sebagian
permukaan bak; masukan masukan 30 ekor induk betina; masukan pula 30 ekor induk
jantan; biarkan memijah; ambil telur dengan sekupnet halus; telur siap untuk
ditetaskan.
Untuk mengetahui terjadinya pemijahan dilakukan pengontrolan setiap
hari. Telur bersifat mengapung di permukaan air. Satu ekor induk betina bisa
menghasilkan telur sebanyak 10.000 – 11.000 butir.
PENETASAN TELUR IKAN GABUS
Penetasan telur dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium
ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari;
isi air bersih setinggi 40 cm; pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama
penetasan; pasang pula pemanas air hingga bersuhu 28 O C; masukan telur dengan
kepadatan 4 – 6 butir/cm2; biarkan menetas. Telur akan menetas dalam waktu 24
jam. Sampai dua hari, larva tidak perlu diberi pakan, karena masih menyimpan
makanan cadangan.
PEMELIHARAAN LARVA IKAN GABUS
Pemeliharaan larva dilakukan setelah 2 hari menetas hingga berumur 15
hari, dalam akuarium yang sama dengan kepadatan 5 ekor/liter. Kelebihan larva
bisa dipelihara dalam akuarium lain. Pada umur 2 hari, larva diberi pakan
berupa naupli artemia dengan frekwensi 3 kali sehari. Dari umur 5 hari, larva
diberi pakan tambahan berupa daphnia 3 kali sehari, secukupnya. Untuk menjaga
kualitas air, dilakukan penyiponan, dengan membuang kotoran dan sisa pakan dan
mengganti dengan air baru sebanyak 50 persen. Penyiponan dilakukan 3 hari
sekali, tergantung kualitas air.
PENDEDERAN IKAN GABUS
PENDEDERAN IKAN GABUS
Pendederan I ikan gabus dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan
kolam ukuran 200 m2; keringkan selama 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya;
buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya;
tebarkan 5 - 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan
rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 4.000 ekor larva pada pagi
hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam
setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar